Suatu
hari datang ke ruangan saya salah satu tim kerja dan mengeluh bahwa dia selalu
kekurangan setiap bulannya. Saya tahu gaji dia sudah cukup sekitar Rp. 25
juta setiap bulannya. Mungkin kedatangannya bermaksud untuk minta
dipertimbangkan ada kenaikan gaji lagi. Karena kondisi perusahaan yang
belum memungkinkan memberikan kenaikan gaji dan saya lihat seharusnya sudah
lebih dari cukup, maka saya tawarkan untuk memperbaiki cash flow dia.
Pertama-tama,
saya tanyakan mengenai pos-pos pengeluarannya untuk apa saja dan dia memberikan
jawaban sebagai berikut :
1.
Untuk biaya makan @
150,000 per hari x 30 = Rp. 4,500,000
2.
Biaya sekolah
anak-anaknya (bayar SPP) untuk 3 orang = Rp. 1,300,000
3.
Biaya Listrik, PAM,
telepon dan keamanan = Rp. 650,000
4.
Biaya langganan internet
= Rp. 500,000
5.
Biaya langganan TV = Rp.
250,000
6.
Biaya Hp buat dia, isteri
dan 2 orang anaknya = Rp. 700,000
7.
Biaya pergi ke kantor
untuk bensin, tol = Rp. 2,100,000
8.
Sumbangan ke orang tua =
Rp. 4,000,000 (masing-masing @ 2,000,000)
9.
Cicilan KPR = Rp.
6,500,000
10. Cicilan Kartu Kredit = Rp. 4,500,000 (dia punya hutang kartu
kredit yang digunakan untuk biaya pengobatan)
11. Biaya rekreasi keluarga = Rp. 1,500,000.
Total
Biaya yang dikeluarkan tiap bulannya sebesar Rp. 26,500,000. Jadinya
setiap bulan akan terjadi negatif cash flow sebesar Rp. 1,500,000. dari mana
kekurangan itu ditutupi ? dia memakai kartu kredit lagi sehingga hutang kartu
kreditnya tidak pernah lunas.
KESIMPULAN
Melihat
struktur biaya seperti diatas, saya sarankan dia untuk melakukan penghematan,
dimana penghematan yang dapat dilakukan adalah:
1.
Biaya makan agar
dikurangi besarnya, dimana cukupi dulu syarat pemenuhan gizi dan diatur
menunya.
2.
Biaya-biaya listrik, PAM,
Hp, TV dan internet dikurangi sampai batas minimum pemakaian.
Setelah
dihitung-hitung, maka terdapat penghematan sebesar Rp. 1,000,000 setiap
bulannya dimana dia masih negatif Rp. 500 ribu. Setelah itu, saya lihat
asset yang dimiliki, ternyata kondisinya sebagai berikut :
1.
Rumah seharga Rp. 650
juta dan masih KPR dengan sisa pinjaman sebesar Rp. 250 juta lagi.
2.
Mobil merupakan COP
perusahaan.
Karena
asset yang paling besar yang dimiliki adalah rumah, maka saya sarankan untuk
lakukan restructuring dengan melakukan refinancing rumah ke bank lain dengan
nilai sebesar sisa pinjaman dan hutang kartu kredit agar tidak ada lagi
kewajiban untuk membayar cicilan kartu kredit. Setelah dilakukan refinancing
sebesar Rp. 350 juta yang digunakan untuk melunasi hutang KPR sebelumnya dan
hutang kartu kredit, maka cicilan KPR dia hanya Rp. 4,7 juta setiap bulannya.
Mengapa biaya KPR nya bisa turun? karena jangka waktu pinjamannya diperpanjang
sehingga angsuran menjadi lebih ringan. Karena itu posisi cash flow dia pada
saat ini dia berubah menjadi positif Rp. 5,8 juta.
Dari
contoh kasus diatas dapat ditunjukkan bahwa tanpa menambah
pendapatan/penghasilan tapi dengan merubah struktur cost, maka kondisi cash
flow berubah dari negatif Rp. 1,5 juta menjadi positif Rp. 5,8 juta.
Seringkali kita terbelenggu akan kondisi cash flow karena tidak
mengetahui bagaimana cara merestructuring keuangan kita.
SUMBER REFERENSI :
1. https://ahmadfahrijal.wordpress.com/2014/10/15/cash-flow-aliran-uang/
2. http://sistem-akuntansi1000.blogspot.co.id/2012/09/pengertian-arus-kas-cash-flow.html